PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI ZAMAN MILENIAL

Print Friendly and PDF

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DI ZAMAN MILENIAL

Oleh: Anggrayeni Eka Arsih Lestari, S.Pd.SD

Guru SD Negeri 3 Punduhsari, Manyaran Wonogiri Jawa Tengah

Anggrayeni Eka Arsih Lestari, S.Pd.SD


       Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Mulai dari anak-anak hingga usia dewasa wajib mengenyam pendidikan yang dicanangkan pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Pendidikan bisa didapatkan di mana saja. Pendidikan tidak hanya dalam situasi formal atau didapatkan di sekolah saja, tetapi juga pendidikan didapatkan dalam situasi tidak formal atau di lingkungan sekitar (tempat tinggal). Sejalan dengan bunyi UU Sisdiknas pasal 13, yaitu jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non-formal, dan informal dapat saling melengkapi serta memperkaya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik kita. Yang paling berpengaruh besar tentunya lingkungan sekitar, sebab di situlah bahasa-bahasa yang didapat kemudian dipakai oleh anak-anak sebelum dia masuk ke ranah pendidikan formal. Dalam lingkungan terutama lingkungan keluarga juga belajar tentang tata karma, sopan santun, baik sikap maupun lisan atau bahasanya. 

       Perkembangan anak pada zaman milenial saat ini sangat memprihatinkan. Ada beberapa berita yang pernah kita dengar dan sempat menjadi tranding topic di sosial media bahwa sikap anak-anak zaman sekarang terhadap guru dan tenaga pendidik tidak patut dicontoh untuk generasi penerus selanjutnya. Sikap acuh tak acuh dan sulit untuk menghormati orang yang lebih tua dijunjung tinggi oleh anak milenial saat ini. Latar belakang pendidikan orang tua juga sangat berpengaruh untuk perkembangan sikap dan prilaku. Orang tua yang mempunyai jabatan serta pedidikan yang tinggi tidak serta merta tenang menghadapi anaknya. Justru karena terlalu sibuk, orang tua sering lupa untuk mendidik anak-anaknya di rumah. Bagaimana mengajarkan anak untuk berbicara dengan orang yang lebih tua dan tentunya bersikap yang baik dengan orang lain. Apalagi yang memang latar belakang pendidikan orang tuanya tidak begitu baik. 

       Dalam beberapa kasus belakangan ini, orang tua dan guru harus saling berkolaborasi untuk sama-sama mendidik dan menanamkan sikap yang baik dan santun terhadap anak-anaknya di rumah dan peserta didik tentunya agar sikap dan perilakunya dapat diperbaiki. Apalagi bahasa yang dipakai tidak baik digunakan. Anak milenial menggunakan bahasa dapat dibilang seenaknya saja. Tidak dapat menempatkan bahasa yang baik untuk digunakan. Saat ini, anak milenial tidak terlepas dari gawai. Baik itu ponsel maupun laptop. Smart phone memang baik. Tetapi kalau sampai disalahgunakan itu yang menjadi tidak baik. Dengan menggunakan telepon pintarnya, anak milenial saat ini mampu mengekspresikan apapun. Tetapi, lagi-lagi sering disalahgunakan. Untuk mengekspresikan kebahagiaan maupun kesedihannya, sering menggunakan bahasa yang tidak baik bahkan bisa dibilang tidak layak untuk digunakan. 

       Ada nilai positif dan negatif yang dapat kita lihat dengan perkembangan peserta didik kita saat ini dengan pendekatan melalui gadget yang diberikan oleh orang tuanya. Nilai positifnya, peserta didik mampu mencari segala sesuatu hal yang baru yang belum diketahuinya melalui browsing internet. Tugas yang diberikan guru di sekolah dapat diselesaikan melalui belajar manual menggunakan gadget. Berbanding terbalik dengan nilai negatif yang didapat. Nilai negatif yang terlihat yaitu peserta didik agak terganggu proses belajar mengajar di sekolah dengan keberadaan gadget di tangannya. Konsentrasi peserta didik terpecah. Peserta didik lebih fokus dengan social media mereka. Ada pula yang berswafoto saat pembelajaran berlangsung. Sehingga materi yang telah dijelaskan oleh pendidik tidak mereka terima dengan baik. 

       Tahap-tahap perkembangan seorang individu dapat dilihat dari dasar biologis dan kognitif. Dari dasar tersebut mulai kita lahir ke dunia, perkembangan biologis dan kognitif berjalan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Empat tahap utama dalam teori belajar menurut Piaget (2001): (1) sensori-motorik, di mana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra-operasional, di mana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasi konkret, di mana anak menggunakan tindakan yang telah diinteriorisasikan atau pemikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; dan (4) operasi formal, di mana anak dapat memikirkan situasi hipotesis secara penuh.

       Sebagai pendidik kita tentunya harus memahami peserta didik kita. Agar apa yang kita jelaskan ke peserta didik dapat dicermati dengan baik. Proses belajar mengajar juga menjadi efektif. Dan tentunya diharapkan agar peserta didik dapat mencapai semua tujuan pembelajaran yang disampaikan pendidik dengan baik. Untuk mengharapkan peserta didik dapat bersikap dan berbahasa dengan baik, tentunya pendidik dan orang tua harus bekerja sama agar peserta didik menjadi individu yang tidak egois, mempunyai sikap yang baik terhadap orang tua, sopan dalam bertindak dan santun dalam berbahasa. Untuk itu diharapkan peserta didik setelah dipupuk dengan sikap yang baik dari orang tua dan pendidik akan menjadi individu yang baik serta dapat terjun ke masyarakat menjadi individu yang baik dan mempunyai intelektual tinggi.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top