KKN Unisri Branding Makanan Khas Wonogiri Thiwul, Tempe, Ampyang dan Sosialisasikan Pembukuan Usaha

Print Friendly and PDF

Devie Susilawaty, dampingi home industri tempe.

KKN Unisri Branding Makanan Khas Wonogiri Thiwul, Tempe, Ampyang dan Sosialisasikan Pembukuan Usaha

Wonogiri- majalahlarise.com -Dampak Covid-19 semakin menyebar termasuk ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menurunnya penjualan dirasakan oleh salah satu pelaku usaha mikro,  Ibu Tarmi yang memiliki usaha tempe di Desa Pondok, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri.

Hal tersebut menarik perhatian, Devie Susilawaty salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi Unisri yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)  dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Andika Drajat M.,SIP.,MA melakukan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan marketing dan cara memproduksi tempe yang lebih higienis serta mematuhi protokol kesehatan.

Baca juga: KKN Unisri Gelar Jumat Berkah Bagikan Makanan Box dan Handsanitizer Kepada Tukang Becak dan Tukang Sampah

"Materi yang kami sampaikan diantaranya merubah pengemasan tempe tanpa mengubah kekhasannya. Biasanya menggunakan daun kami berikan alternatif  packaging kekinian. Serta membantu mempromosikan produk tempe, menggunakan sosial media," paparnya.

Rebranding ampyang oleh Nindi Resita Putri.

Sementara itu pelatihan dan pendampingan inovasi produk juga dilaksanakan di Dusun Mangli, Giriwarno, Girimarto, Wonogiri oleh salah satu peserta KKN Grup 11, Septi Anggrahini dengan DPL, Drs. Sumaryanto, MM.

Baca juga: Mahasiswa KKN Unisri Gencar Kampanyekan Protokol Kesehatan, Gemar Baca dan Toga

Septi Anggrahini, yang merupakan mahasiswi prodi akuntansi ini membuat inovasi produk nasi thiwul instan.

"Pada umumnya nasi thiwul, makanan khas Wonogiri ini hanya disajikan langsung. Kami mencoba mengemas menjadi produk yang instan dalam kemasan, sehingga mempermudah pembeli membawa produk kemana saja tanpa takut basi," paparnya.

Lebih lanjut, Septi Anggrahini, menjelaskan membuat thiwul instan modal yang diperlukan tidak terlalu banyak, namun memberikan keuntungan yang besar.

Sosialisasi pembukuan toko kelontong oleh Anggit Aspiyanda.

Sementara itu peserta KKN grup 23, dengan DPL, Andika Drajat, Nindi Resita Putri, melakukan pendampingan home industri ampyang milik pak Sumadi, di desa Pencil, Wuryorejo.

Baca juga: KKN Unisri Adakan Gerakan Menabung dan Pendamping Pembelajaran Daring Untuk Anak-Anak

"Kami melakukan rebranding kemasan produk ampyang yang ramah lingkungan, serta menambah varian ampyang rasa jahe," jelanya sambil menunjukkan perbedaan kemasan lama dan kemasan yang baru.

Tujuan rebranding agar produk ampyang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dan dapat menembus pasar milenial.

Masih di wilayah Wonogiri,  Anggit Aspiyanda, mahasiswa prodi Akuntansi, Grup 34 dengan DPL Dr. Sri Handayani, S. Pd, M.Hum,
melakukan kegiatan  sosialisasi  pembukuan sederhana pada toko kelontong dengan mendatangi pemilik usaha di Dusun Tegalrejo, Desa Jatirejo, Kecamatan Jatiroto.

"Masih banyak pemilik toko kelontong yang belum mengerti arti pentingnya pembukuan, sehingga tidak melakukan pembukuan usaha, " tandasnya.

Lebih lanjut, Anggit Aspiyanda,  menyampaikan tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman serta membimbing pemilik toko kelontong agar bisa menyusun pembukuan sederhana. (Sofyan)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top