Wayang Beber Babad Majapahit Lahir di Festival Panji Nusantara 2019

Print Friendly and PDF

Penikmat seni saat menikmati wayang beber dalam pameran di Festival Panji Nusantara (FPN) 2019.
Wayang Beber Babad Majapahit Lahir di Festival Panji Nusantara 2019

Malang-majalahlarise.com-Wayang beber, kini tidak hanya identik dengan Pacitan, Wonosari, dan Solo dimana wayang beber kuno tersisa, tapi wayang beber mulai bergeliat tumbuh di Mojokerto saat ini.

Wayang beber di Mojokerto lahir berkat dibidangi dan dibina oleh Insitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan melibatkan mahasiswa Jurusan Kriya.

Puluhan karya wayang beber dan lukis kaca dengan cerita Panji telah tampil dalam pameran di Festival Panji Nusantara (FPN) 2019 di Taman Krida Budaya Jawa Timur di Jl. Soekarno Hatta di Malang pada tanggal 11-12 Juli 2019 lalu.

Salah satu karya merupakan kreasi inovasi baru adalah wayang beber Babad Majapahit, khususnya lakon "Jayakatong Mbalela". Cerita Babad Majapahit menjadi tema cerita wayang beber merupakan hal yang baru. Sebenarnya secara historis, pada awalnya sumber cerita wayang beber adalah cerita Ramayana dan Mahabarata, seperti terlihat jejaknya pada lukisan Kamasan di Bali saat ini.

Setelah Islam masuk ke Jawa, cerita wayang beber berbau agama Hindu tersebut digantikan dengan kisah-kisah Panji yang merupakan cerita asli Jawa. Cerita Panji berkembang mencapai puncaknya di masa akhir Kerajaan Majapahit, dimana sisa-sisa kebesarannya tampak di Mojokerto saat ini, salah satunya terpahat pada relief Candi Kendalisada.

Arif Setiawan dari grup kesenian Mojokerto dalam rilis menyampaikan gagasan membuat wayang beber Babad Majapahit merupakan inovasi baru garap sanggit seorang dalang sebagai alternatif garap sanggit wayang beber dengan sumber cerita yang berbeda, yaitu Babad Majapahit. Namun, esensi seni lukis kain khas beber tidak dihilangkan, pergelarannya masih dengan sajian gulung, hanya saja ceritanya tidak selalu bersumber dari cerita Panji. Dalam menggarap cerita, tidak lepas dari sejarah, untuk itu mengacu pada beberapa karya sastra kuno yang memuat kisah Kerajaan Majapahit, seperti Kakawin Gadjahmada, Babad Majapahit, Kidung Ken Arok, Kidung Ranggalawe, dan kidung-kidung lainnya.

Penceritaan wayang beber Babad Majapahit dirangkai dalam empat lakon berupa empat gulung dengan masing-masing terdiri empat jagong, diawali dari peran Dyah Wijaya di masa Singasari hingga penobatannya menjadi Raja Majapahit. Secara visual, artefak relief candi-candi peninggalan Majapahit di Mojokerto – Jombang dan sekitarnya menjadi sumber inspirasi dalam mewujudkan rupa wayang beber Babad Majapahit kreasi baru ini.

"Wayang beber Babad Majapahit ini diharapkan menjadi ‘babon’ bagi pengembangan wayang beber di Mojokerto – Jombang dan sekitarnya, sehingga kelak akan lahir beragam style wayang beber, baik yang tradisi maupun kontemporer sesuai kebutuhan zaman," jelasnya.

Dalam FPN 2019 juga digelar beragam karya-karya peserta binaan ISI Surakarta.  SMAN 1 Pacet memamerkan 9 gulung wayang beber dan 20 lukis kaca Panji, grup Sungging Prabangkara dan grup Maesa Sura mengirimkan 2 gulung.

Adapun pergelaran wayang beber disajikan 5 lakon oleh dalang cilik dan siswa SMA, diantaranya Ande-Ande Lumut (dalang Risma Rohmatul), Timun Mas (dalang cilik Styfen Aji), Candra Kirana gulung 1-2 (dalang Vierda Angraini dan Ramadhan Eka), dan Memori Lagu Anak (dalang Arif Setiawan) dari Mojokerto. (Sofyan)


1 komentar:


Top