Masuk Era Industri 4.0 Harus Didukung Moral dan Pendidikan Nilai Kewarganegaraan

Print Friendly and PDF

Seminar Nasional Prodi PPKn Unisri Surakarta. 

Masuk Era Industri 4.0 Harus Didukung Moral dan Pendidikan Nilai Kewarganegaraan

Solo-majalahlarise.com-Memasuki era digital dan era revolusi industri 4.0, sebaiknya harus didukung dengan moral dan pendidikan nilai kewarganegaraan sebagai dasar dikarenakan sangat bersentuhan dengan pendidikan afektif. Aspek ini merupakan aspek yang berkenaan dengan apa-apa yang terdapat dalam diri peserta didik (the internal side), sehingga keberadaannya selalu tersembunyi.

Hal ini dikatakan Prof. Dr. H. Masrukhi, M.Pd sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang dan Dosen Senior Universitas Negeri Semarang, ketika tampil sebagai narasumber pertama dalam Seminar Nasional dengan mengangkat tema, "Kewarganegaraan di Era digital: Pembelajaran Inovatif Berbasis  Jejaring Sosial Menghadapi Revolusi Industri 4.0", yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Universitas Slamet Riyadi Surakarta, di Gedung B, Lantai 3, Senin (17/6/2019).

"Pendidikan nilai dan moral berkenaan dengan dunia kejiwaan, cita-cita dan rasa, serta keyakinan manusia", kata Masrukhi sebagai pemateri pertama lewat Makalahnya yang berjudul, "Pola Pembelajaran Nilai dan Moral di Era Milenial", dihadapan  80-an peserta Seminar Nasional.

Selain itu, Masrukhi juga memberi berpesan dalam pola pembelajaran nilai dan moral di era milenial, ada tiga hal yakni paham kebebasan situasional, aliran kebebasan (value free) dan paham absolutisme.

"Di era milenial, era revolusi industri 4.0 ini sangat memberi peluang sekaligus tantangan tersendiri dalam mengelola pembelajaran nilai dan moral. Saya titip pesan kepada bapak ibu guru dan dosen, hendaknya tidak terlalu memaksakan kehendak untuk dituruti anak@anak didik. Ajarkan kepada mereka bagaimana mempertahankan moral dan nilai untuk kebaikan bangsa Indonesia saat ini dan ke depannya," tutup Masrukhi.

Sementara itu, Prof. Dr. H. Suwatno, M.Si sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tampil sebagai pemateri kedua lewat makalahnya yang berjudul, "Peran Komunikasi Media Digital Terhadap Pembelajaran Milenial di Era Revolusi Industri 4.0", menyatakan, di era digital seperti saat ini, perubahan dalam teknologi komunikasi terjadi begitu cepat, sehingga setiap orang harus memiliki kemampuan adaptif yang tinggi.

"Hari ini, hampir semua orang berbicara tentang komunikasi digital. Faktanya, era ini memang merupakan pencapaian peradaban manusia yang tidak dapat dihindari", tegasnya, di hadapan peserta seminar.

"Bapak Ibu, saya mau sampaikan bahwa, harus tetap mendampingi anak-anak kita yang masih kecil dalam memegang handphone dalam mengakses situs atau konten yang dianggap berbahaya. Hindari itu sejak dini, sedapat mungkin dikurangi supaya bangsa Indonesia tidak lagi mengalami krisis moral dan nilai. Dan nasehati juga anak-anak kita supaya tidak boleh meniru perilaku para elit politik yang kurang bagus itu. Jangan meniru hal-hal buruk itu", tegasnya lagi, seraya mengingatkan.

Sedangkan, Dekan FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Dra. Sri Hartini, M.Pd dalam sambutannya mengatakan, peluang positif sangat terbuka luas dalam era digital milenial dan era revolusi industri 4.0 ini, sungguh menjanjikan untuk meraih masa depan lewat pendidikan dan bakat dan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu.

"Atas nama Bapak Rektor Universitas Slamet Riyadi, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran bapak ibu sebagai peserta seminar nasional di sini. Dan saya membuka seminar ini secara resmi," Dekan Sri, sambil membunyikan palu sebagai tanda dimulainya seminar nasional.

Kemudian, Eni Kustia, salah satu peserta dari TK Aisyah Bibis Kolang, Joglo, ketika ditanya mengenai keikut sertaannya sebagai peserta dalam seminar ini, dirinya mengatakan bahwa sebagai guru TK (taman kanak kanak) mesti dan wajib ikut. Karena ilmunya akan sangat berguna bagi anak-anak didik. (Sofyan)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top