Workshop Creative Teaching Univet Bantara Sukoharjo

Print Friendly and PDF

Sean Stellfox, M.TESOL (Dosen FIB UNS), saat menyampaikan materi pembelajaran kreatif.

Pembicara saat foto bersama jajaran Rektorat
Workshop Creative Teaching Univet Bantara Sukoharjo


Sukoharjo -  Creative Teaching atau pembelajaran kreatif merupakan salah satu memperkokoh eksistensi seorang pengajar ketika nanti era guru dan dosen tidak dibutuhkan lagi, mereka masih tetap  eksis dibutuhkan oleh masyarakat. Seperti saat ini fenomena bidang ekonomi keberadaan taksi konfensional dan beberapa perusahaan department store mulai ditinggalkan masyarakat berganti ke online. Fenomena tersebut sedikit demi sedikit bergeser ke dunia pendidikan.
     Hal tersebut diungkapkan Rektor Univet Bantara Sukoharjo, Prof. Dr. Ali Mursyid. W.M, M.P saat memberikan sambutan Workshop Creative Teaching yang diselenggarakan Program Studi Bahasa Inggris FKIP Univet Bantara Sukoharjo, Rabu (25/10) di Ruang Auditorium kampus setempat.
     “Barang siapa yang profesional secara nyata maka nanti akan tetap eksis dibutuhkan masyarakat. Ditunjang pemahaman dan penguasaan teknologi informasi. Kalau guru tidak bisa buka WA, Face Book maupun aplikasi lainnya siap-siap tidak dipakai masyarakat lagi,” ungkapnya dihadapan 392 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan guru SD, SMP, SMA, SMK.
     Lebih lanjut, Prof. Ali Mursyid berpesan melalui workshop ini akan menghantarkan dosen dan guru menjadi insan pengajar profesional yang nantinya tidak tersingkir takala badai digitalisasi sudah merambah pada dunia pendidikan. 
     Sementara itu, Ketua Panitia kegiatan, Mas Sulis Setiyono, S.Pd, M.Hum mengatakan workshop menghadirkan tiga pembicara yakni Sean Stellfox, M.TESOL (Dosen FIB UNS), Yuyun Yulia, P.hD (Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, Muhammad Irfan, M.Pd (Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta).
     Pembicara Sean Stelifox, M.TESOL  dari Amerika Serikat yang saat ini sebagai Dosen di FIB UNS mengutarakan tentang pembelajaran kreatif terkait cara-cara materi pembelajaran lebih mudah dipahami siswa dan guru lebih kreatif.  Yuyun Yulia, P.hD menyampaikan materi tentang kurikulum terkait alat bantu pengajaran diera digital pada studi kasus yang ada di Yogyakarta. Sedangkan Muhammad Irfan, M.Pd menerangkan tentang pengoperasian tutorial Edmodo.
     “Edmodo seperti media pembelajaran lainnya, bisa manjadi hanya sebuah platform online untuk mendorong pembelajaran guru, atau dapat menjadi cara lebih kreatif untuk melibatkan para siswa dalam pembelajaran kolaboratif dan kognisi terdistribusi,” terang Muhammad Irfan.
Kemudian, Ia menyampaikan Edmodo menyediakan lingkungan di mana mengajar dan belajar dapat menghasilkan kegembiraan siswa, siswa menjadi lebih mandiri tanpa melupakan standar pengukuran keberhasilan siswa.
     “Tidak dipungkiri siswa akan menyukai pembelajaran lewat platform ini dan ketika siswa merasa senang keinginan mereka untuk dapat mengatasi materi baru dan sulit akan meningkat. Edmodo adalah salah satu cara untuk membangun semangat siswa untuk belajar,” jelasnya. (Sofyan)
 


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top