Penentuan Pemakaian Dosis dan Macam Biofertilizer dalam Pembuatan Pupuk Organik Padat

Print Friendly and PDF

Peneliti Catur Rini Sulistyaningsih dan Sri Harsono saat melakukan penelitian

Tanaman yang diberi pupuk


Penentuan Pemakaian Dosis dan Macam Biofertilizer dalam Pembuatan Pupuk Organik Padat

Sukoharjo - Pemanfaatan limbah peternakan belum optimal, khususnya pada peternakan rakyat atau tradisional. Limbah padat dari kotoran ternak berpotensi menggantikan pupuk kimia serta memperbaiki unsur hara yang ada di dalam tanah. Untuk memperoleh hasil pupuk organik yang maksimal dengan bahan baku kotoran ternak perlu ditambah biofertilizer.
Tujuan penambahan biofertilizer adalah untuk memperkaya jumlah koloni bakteri ataupun mikroba yang sudah ada pada kotoran ternak sehingga saat diaplikasikan sebagai pupuk organik mampu bekerja lebih baik.
     Atas permasalahan tersebut, Dosen Univet Bantara Sukoharjo, Catur Rini Sulistyaningsih dan Sri Harsono mengadakan penelitian penentuan pemakaian dosis dan macam biofertilizer dalam pembuatan pupuk organik padat terhadap kandungan unsur makro dan mikro nutrien serta logam berat.
     "Berbagi jenis biofertilizer yang beredar dipasaran dapat digunakan untuk peningkatan kualitas pupuk organik padat dari kotoran ternak. Pupuk yang diaplikasikan pada tanaman bayam, sawi hijau dan kangkung darat adalah biofertilizer puktan dengan dosis 0,4 liter/100 kg kotoran ternak dan biofertilizer starter MOL 0,4 liter/100 kg kotoran ternak. Biofertilizer yang digunakan pada tanaman tersebut sesuai dengan Standarisasi Pupuk Kompos No: 28/Permentan/S.R.130/5/2009, 22 Mei 2009, dan 2005," jelas Catur Rini Sulistyaningsih kepala majalahlarise.com.
     Lebih lanjut dikatakan, pada tahun kedua menguji level dosis dan jenis biofertilizer yang telah dihasilkan pada tahun pertama, untuk diaplikasikan pada produksi tanaman sayuran (bayam, sawi hijau, dan kangkung darat). Hasil terbaik dari berbagai level dosis dan jenis biofertilizer akan diproduksi untuk selanjutnya digunakan untuk peningkatan produksi tanaman sayur.
"Semua data yang diperoleh dianalis dengan menggunakan analisis variasi, yaitu rancangan faktorial. Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji beda antar mean yaitu Uji Duncan (DMRT) dengan model SPSS analisis," katanya.
     Dari hasil analisis, pemakaian dosis dan macam biofertilizer dalam pembuatan pupuk organik padat memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, yang paling efektif terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat dibanding bayam dan sawi hijau. Sedangkan terhadap produksi, yang paling efektif yaitu pada tanaman sawi hijau.
      "Hasil analisis kompatibilitas, pada masing-masing tanaman hasil tertinggi diperoleh pada dosis pemupukan dengan menggunakan starter MOL 0,4 liter/100 kg kotoran ternak. Dari ketiga tanaman sayuran tersebut, hasil tertinggi yaitu pada tanaman kangkung (81,250%), bayam (40,625%), dan terendah tanaman sawi hijau (6,250%). Sedangkan pemberian pupuk dengan menggunakan Puktan 0,4 liter/100 kg kotoran ternak, hasil tertinggi pada tanaman kangkung darat (68,750%), bayam (34,375%), terendah sawi hijau (2,875%)," paparnya. (Sofyan)



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top