Komunitas Sulit Air Sepakat (SAS) Solo

Print Friendly and PDF

Ketua Sulit Air Sepakat (SAS) Solo, Dra. Betty Gama, M.Si
Komunitas Sulit Air Sepakat (SAS) Solo
Dari Keprihatinan Jadi Kekuatan

Solo - majalahlarise.com - Berdirinya komunitas Sulit Air Sepakat (SAS) berawal dari sebuah desa yang ada di kabupaten Solok, Sumatra Barat yang kesulitan air bersih. Masyarakat mendapatkan air harus turun ke sungai untuk kebutuhan sehari-hari.
     Kesulitan air tersebut oleh masyarakat perantau Minang di seluruh Indonesia membuat kegiatan yang diberi nama Sulit Air Sepakat (SAS). Tujuannya memperhatikan kondisi masyarakat sulit air. Sampai saat ini SAS sudah memiliki cabang di kota-kota besar se-Indonesia bahkan di luar negeri diantaranya di Australia, Singapura, dan Malaysia.
     SAS memiliki Dewan Pimpinan Cabang yang berada di Jakarta. Setiap empat tahun sekali para perantau SAS mengadakan musyawarah nasional besar Sulit Air. Pada tahun ini SAS mengalami pergantian kepengurusan saat Munas yakni memilih Ketua DPP SAS. Ketua terpilih bernama Samruci seorang pedagang dan pengusaha pembuatan tas di Jakarta.
     "Perkembangan SAS di Solo, sudah lama berdiri sekitar tahun 70 an. Selalu berganti dari generasi ke generasi. Anggota SAS ini harus berasal dan berlatarbelakang dari sulit air. Bisa istri atau suami sulit air termasuk keturunannya," tutur Ketua SAS Solo, Dra. Betty Gama, M.Si saat berbincang-bincang belum lama ini.
     Sejak tahun 2013, Dra. Betty Gama, M.Si diangkat menjadi Ketua SAS Solo atas kesepakatan dari anggota disebabkan Ketua sebelumnya meninggal dunia karena sakit. "Saya tidak tahu pertimbangannya diangkat sebagai ketua. Tetapi yang jelas melihat latar belakang pendidikan dan keluarga saya kebetulan ayah dan ibu juga pernah aktif di SAS pernah jadi ketua," terangnya.
     Anggota SAS di Solo sebanyak 27 kepala keluarga. Mereka berdomisili paling banyak di Solo Utara sebagian berada di Solo Tengah dan Solo Timur. "Anggota kami kebanyakan pedagang pasar Nusukan non pedagang empat orang. Pertemuan dilakukan satu bulan sekali setiap tanggal 1. Pertemuan ini lebih membahas arisan dan kegiatan sosial. Kegiatan kami lebih pada kemasyarakatan ditujukan pada anggota," ungkap wanita yang juga menjabat Sekretaris Dekan FISIP Univet Bantara Sukoharjo ini.
     Dia mencontohkan kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan antara lain ada salah satu keluarga dari anggota SAS yang mengalami musibah sakit atau kematian selalu membantu. Ketika ada keluarga yang melangsungkan pernikahan juga dibantu bersama-sama.
     "Adanya paguyuban ini memberikan manfaat bagi anggota yaitu mereka merasa di Solo tidak sendiri ada yang bisa membantu ketika kesulitan. Begitu pula orang-orang perantau dari Sumatra Barat yang merantau ke Solo kebetulan tidak memiliki uang yang cukup dan mereka minta penginapan kita bantu mereka," katanya.
     Di Solo, SAS memiliki rumah yang berada di Cinderejo dekat terminal Bus Tirtonadi sebagai tempat mewadahi anggota untuk kerukunan, diskusi, pertemuan arisan anggota.
     Mengenai program SAS Solo kedepan, Betty Gama menjelaskan membuat perkumpulan diberi nama IPPSA (Ikatan Pemuda Pelajar Sulit Air) cabang Solo. "IPPSA ini anggotanya anak-anak dari SAS. Jaman saya masih remaja, mahasiswa semester dua waktu itu saya sempat menjadi ketua IPPSA. Kegiatan banyak dilakukan diantaranya selain arisan membuat masak kue bolu. Setelah saya lulus kuliah IPPSA berhenti," kenangnya, (Sofyan)


Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top