Krupuk Rambak Budi Lestari Jagang Gadingan Sukoharjo

Print Friendly and PDF

Karyawan Krupuk Rambak Budi Lestari sedang membungkus krupuk rambak


Krupuk Rambak Budi Lestari
Jagang Gadingan Sukoharjo

Utamakan Kualitas Hindari Prasangka






Sukoharjo - Kriuk..kriuk..kriuk..kedengaranya renyah ketika orang memakan krupuk rambak. Krupuk rambak biasanya dijadikan teman saat santap makan. Mungkin saja ada yang merasa ada yang kurang jika makan tidak ditemani krupuk rambak. Kerenyahan krupuk rambak tersebut tidak terlepas dari keahlian yang membuatnya.
Berkaitan dengan krupuk rambak, majalah LARISE berkesempatan menyambangi tempat pembuatan krupuk rambak di Jagang Gadingan Mojolaban Sukoharjo yakni krupuk rambak Budi Lestari. Nama Budi Lestari diambil dari pemilik sekaligus pembuatnya. Menurut pengakuan Pak Budi begitu sapaanya krupuk rambak yang diproduksinya sejak 23 tahun yang lalu. Modal awal yang dibutuhkan Rp. 15.000,- untuk pembuatan pertama 2 kg bahan.
“Dulu per bungkus saya jual Rp. 50,- dan Rp. 100,- tapi sekarang sudah perbungkus Rp. 500,-. Pemasarannya diambil oleh tengkulak yang sudah menjadi pelanggan tetap. mereka datang sendiri ke sini. Saya tidak pernah melakukan promosi.” Jelasnya.
Lanjut pak Budi mengatakan dirinya terus berupaya menjaga kualitas dan pelayanan kepada pelanggan agar pelanggan tidak meninggalkannya. Langkah yang dilakukannya salah satunya tetap menjaga kesopanan dan menerima keluhan dari pelanggan jika ada barang yang tidak berkenan langsung diperbaiki. “Pelanggan saya yang kebanyakan tetangga dekat, ada yang dari daerah Baki Sukoharjo, Nusukan dan ada juga dari Flores, Ambon yang pesan krupuk rambak dalam bentuk mentahan belum digoreng. Pelanggan dari daerah jauh biasanya pesan dulu lalu barang kita antar ke alamat sesuai pemesanan,” tuturnya.
Dikatakan juga pemesanan paling ramai saat musim liburan dan paling banyak dalam bentuk mentah. Pesanan paling sedikit 1 kwintal dan paling banyak 5 kwintal. “Kendala yang dihadapi itu pada saat musim penghujan. Bahan sulit kering, kalau pun kering menggunakan panggangan tidak sesempurna pengeringan pakai sinar matahari. Begitu pula saya juga belum punya mesin oven pengering sementara ini dipanasi sendiri dengan cara dipanggang pakai arang dan itu menyebabkan modal produksi naik,” katanya.
Disinggung mengenai hasil produksinya sekarang, pak Budi menuturkan dirinya mampu memproduksi krupuk rambak sebanyak 1 kwintal perhari. Selain itu, selama dia berwirausaha sampai saat ini merasa tidak ada persaingan dengan produksi rambak ditempat lain. Hal ini dikarenakan penetapan harga pokok jual selalu ada komunikasi yang baik dengan produksi rambak yang lain sehingga ada kesamaan harga yang dapat menekan persaingan tidak sehat.
“Saya selalu mengutamakan berpikir positif dan berprasangka baik. Ide pembuatan krupuk rambak ini berawal dari ikut jadi pekerja pembuat krupuk rambak di salah satu tempat industri. Ada pemikiran mendirikan usaha sendiri di rumah, berkat dukungan istri saya keluar dari pekerjaan dan buat usaha sendiri yang berjalan sampai sekarang,” ungkap pria kelahiran Oktober 1971 ini di kediamannya beberapa waktu lalu. (Sofyan/r)




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top